Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring

Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring

The Conjuring: Last Rites menjadi film penutup dari saga horor populer The Conjuring.

Film ini diharapkan mampu memberikan klimaks yang menegangkan bagi penggemar franchise

namun banyak yang merasa film ini tidak sepenuhnya berhasil mempertahankan sensasi horor seperti pendahulunya.


Review Film The Conjuring: Last Rites, Penutup Saga Horor yang Kehilangan Taring

Film ini kembali mengikuti pasangan paranormal terkenal, Ed dan Lorraine Warren, yang menghadapi kasus-kasus supranatural.

Di Last Rites, mereka menghadapi sebuah kasus terakhir yang berpusat pada keluarga yang dihantui oleh roh jahat dengan latar

belakang ritual kuno. Konflik cerita berfokus pada usaha mereka untuk menyelamatkan korban dan menghadapi kekuatan gelap yang semakin kuat.


Atmosfer dan Ketegangan

Salah satu kekuatan utama franchise The Conjuring adalah kemampuan membangun atmosfer tegang melalui efek visual, pencahayaan, dan musik.

Sayangnya, di Last Rites, beberapa adegan horor terasa terduga dan tidak seefektif film sebelumnya.

Penonton yang familiar dengan film horor modern mungkin sudah bisa menebak beberapa jump scare, sehingga sensasi takut menjadi berkurang.

Meski begitu, adegan-adegan tertentu tetap mampu memberikan ketegangan, terutama yang menampilkan ritual dan interaksi dengan roh jahat.

Visual efek yang digunakan masih cukup mumpuni dan tetap menghadirkan kesan gelap yang khas franchise ini.


Akting Pemeran

Vera Farmiga dan Patrick Wilson kembali memerankan Lorraine dan Ed Warren dengan baik.

Chemistry mereka tetap terasa kuat, dan keduanya berhasil membawa karakter dengan intensitas emosional yang realistis.

Sayangnya, beberapa karakter pendukung terasa kurang berkembang dan cenderung menjadi klise.

Hal ini membuat sebagian penonton merasa kurang terhubung dengan cerita, meskipun konflik utama tetap menarik.


Alur Cerita

Alur The Conjuring: Last Rites cukup linear dan mudah diikuti, namun beberapa subplot terasa terburu-buru.

Film ini mencoba memasukkan berbagai elemen horor klasik seperti rumah berhantu, ritual kuno, dan kutukan keluarga.

Sayangnya, kombinasi elemen ini kadang terasa dipaksakan, sehingga ketegangan yang seharusnya dibangun menjadi tidak maksimal.

Beberapa twist di akhir cerita cukup mengejutkan, namun bagi penggemar lama franchise ini, efeknya tidak terlalu dramatis.

Penulis skenario tampaknya lebih fokus pada penutupan saga daripada mengeksplorasi horor secara mendalam.


Gaya Visual dan Sinematografi

Visual film tetap menonjol dengan pencahayaan gelap, bayangan dramatis, dan penggunaan ruang sempit untuk menciptakan ketegangan

Sinematografi masih mampu menghadirkan kesan horor yang klasik.

Namun, penggunaan jump scare yang terlalu sering membuat beberapa adegan terasa biasa saja.

Sebaliknya, adegan slow build yang sebelumnya menjadi kekuatan film horor terasa kurang dieksplorasi.


Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan film ini antara lain:

  • Chemistry pemeran utama tetap kuat.

  • Sinematografi dan efek visual masih memadai.

  • Beberapa twist cerita berhasil mengejutkan penonton.

Kekurangannya:

  • Ketegangan horor terasa menurun dibandingkan film sebelumnya.

  • Beberapa subplot terasa terburu-buru.

  • Karakter pendukung kurang berkembang.

Secara keseluruhan, film ini lebih menekankan pada penutupan saga daripada membangun horor baru yang menakutkan.


Kesimpulan

The Conjuring: Last Rites berhasil menjadi penutup saga dari franchise populer ini, tetapi terasa kehilangan taringnya.

Film ini masih menyajikan hiburan bagi penggemar lama, terutama melalui karakter Ed dan Lorraine Warren yang konsisten, serta visual yang gelap dan mencekam.

Baca juga:Weak Hero Class 2 yang Tayang di Netflix: Park Jihoon dkk Kembali!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *